Materi musik disampaikan dalam acara Diklat UKM SENI NANGGALA 2015. 01
Musik Ul-daul dalam Kajian Etnomusikologi
Dalam kesempatan ini di acara penerimaan anggota baru UKM seni nanggala 2015 Universitas Trunojoyo madura dengan pemateri maz chaex. Beliau menjelaskan lahirnya musik ul-daul dan di kaji dengan teori etnopmusikologi.
Budaya
Madura seringkali dianggap sebagai bagian besar dari kebudayaan Jawa. Namun
kalau kita coba simak bagaimana budaya karakter Madura tentu kita akan makin
mengerti bahwa Madura memiliki ciri yang sangat khas dan berbeda dari budaya manapun.
Sekalipun mungkin masih ada beberapa unsur yang bisa bersinggungan.
Salah
satunya dalam hal musik. Salah satunya music ul-daul, bagi masyarakat madura
merupakan fenomena seni (musik) tradisi yang mulai banyak diminati masyarakat
madura maupun luar madura. Ul-daul pada prinsipnya sebagai musik perkusi yang
tidak banyak membutuhkan pengalaman musik dalam memainkannya. Fenomena ul-daul
sebenarnya pengembangan dari musik tong-tong untuk wilayah sumenep dan musik
sahur dalam wilayah pamekasan dan sampang. Namun disini si penulis, menulis
musik ul-daul di wilayah sampang.
Entah siapa yang memulainya ataupun kapan waktu kesepakatannya ? pokoknya musik uldaul adalah perkembangan dari musik patrol yang biasa di mainkan ketika bulan ramadhan yaitu untuk membangunkan orang untuk sahur, bisa dikatan musik sahur. Namun seiring perkembangan jaman dan kemajuan pola pikir masyarakat Madura dalam konteks kesenian, alat musik uldaul yang digunakan tentu lebih besar dan lebih lengkap. Dalam pembentuk iramanya ditambah alat musik gamelan; misal beberapa alat musik peking, kenong, kendang,dsb serta alat wajibnya yaitu tong-tong, dug-dug, dan sejenisnya mencipkan suara lebih dinamis dan juga di tambah alat-alat perkusi yang notabennya hanya tempatnya ikan yang bisa dikatakan drum plastik. Dan juga drum minyak yang di atasnya di pasangkan ban dalam mobil yang menghasilkan bunyi bas. Sebagaimana kerapan sapi, festival Ul-daul pada akhirnya menjadi ajang prestise bagi para pesertanya. Bukan hanya musik yang ditampilkan, tapi lebih jauh dalam peragaan penampilan dengan berbagai bentuk asesoris yang sangat dominan sebagai bentuk kemeriahan penampilan. Apalagi penampilan dalam festival Ul-daul didukung sepenuhnya oleh Pemerintah Daerah di wilayah Madura, sehingga antusias peserta semakin meningkat dengan berbagai motivasinya.
Musik ul-daul memakan biaya cukup besar, biaya satu set lengkap alat musik Ul-daul bisa mencapai 30 – 40 juta. Dan biaya yang di butuhkan ketika ikut dalam festival,si juragan harus merogoh kocek 3-5 juta. Dalam proses penggarapan media pendukung, tidak cukup dilakukan satu hari ditempat start menjelang festival. Dan bahkan kelap kelip lampu dan lampu sorot (bahkan strobo light) menjadi ornamen kemeriahan dari masing-masing peserta. Lambat laun musik ul-daul semakin diterima oleh masyarakat diluar madura, sehingga Ul-daul bukan hanya ditampilkan pada saat patrol sahur bulan Ramadan saja, atau acara festival di Madura, justru berkembang menjadi tontonan pada saat peringatan hari-hari besar nasional, maupun acara tutup ajaran sekolah, imtihanan, peringatan hari-hari besar Islam, bahkan kota-kota di pulau jawa meniru music Madura tersebut. Sebab dalam menyajikan lagu-lagu, Ul-daul dapat menyesuaikan kondisi lagulagu yang dibutuhkan dimana dia tampil, bisa lagu-lagu Madura, atau lagu-lagu Islami yang kerap dilantunkan dalam musik qasidah. Maka tidak ayal, bila musik Ul-daul menjadi fenomena musik tradisi masyarakat Madura.
DIFISI ETNOMUSIKOLOGI
Etnomusikologi berasal dari kata etno yang berarti suku
bangsa, Musik yang berarti music dan Logos yang berarti ilmu. Jadi bisa di
tarik kesimpulan bahwa etnomusikologi ialah ilmu yang mempelajari musik-musik
suku bangsa. Jaap Kuns mengungkapkan bahwa etnomusikologi yaitu “mempelajari
musik dalam kaitan dengan budaya etnik pemilik music tersebut.”
1. Aspek
Fisik Musik
Aspek fisik musik yang dimaksud adalah mempelajari,
mendalilli, mengkaji serta meneliti dari sisi materi musiknya itu sendiri. Dari
mulai mempelajari htentang instrument musiknya, suara-suara musik yang
dihasilkan, unsur-unsur musiknya hingga pada komposisinya. Dari sisi aspek
musik itu sendiri, kita dapat mengkaji tentang hal-hal yang merupakan
sifat-sifat dasar dan proses-proses
terjadinya musik secara teknik.(Jurnal Etnomusikologi Pradoko; hal 5:2007)
2. Kontek
Sosial Budaya
Musik itu sendiri tidak lepas dari masyarakat pencintanya,
masyarakat yang berhubungan dengan musik tersebut, proses terciptanya music itu
sendiri tidak lepas dari lingkungan masyarakatnya. Mereka menciptakan musik itu
sendiri sebagai bahasa atau ungkapan-ungkapan kondisi social masyarakat
tersebut.
a.
Fungsi
Musik Bagi Masyarakat Pendukungnya.
Musik memiliki hubungan fungsional dengan totalitas
kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat. Musik dapat dikaji melalui peranannya
dalam upacara yang profan maupun sakral. Kajian fungsi musik dalam upacara profan
adalah musik yang dipergunakan untuk acara hiburan dimana peran musik tersebut
lebih menekankan unsur keduniawian. Sedangkan upacara sakral lebih ditekankan
pada unsur religi, hubungannya dengan Tuhan, arwah nenek moyang, dewa-dewa
maupun roh-roh yang dianggap memiliki kekuatan gaib tergantung pada cara pandang
masyarakatnya, suku atau etnis tertentu yang menjadi lahan studi kita.
b.
Peranan
Musik
Pengkajian dapat dilihat dari peranan atapun status sosial
pemain, masalah-masalah proses regenerasi pemain atau proses dalam bermain
musik akan memperdalam kajian tentang tentang para pemain dalam hubungan atau
konteks sosial dari budaya masyarakat tersebut.
Komentar
Posting Komentar