Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2017

SEKILAS TEMU TEMAN

Indonesia adalah bangsa yang majemuk, Negara yang memiliki ragam kebudayaan, postur sosial yang variatif nan elok dan juga sebuah ekspresi bangunan peradaban yang elegan sekaligus variatif, tergambar beragam kandungan nilai kebersamaan, solidaritas, kegotongroyongan, variatifyang berlandaskan cinta kasih, tak ada batasan ruang untuk berkarya utamanya seni pertunjukan. Sekitar tahun 70-an, teater kampus tetap dengan lebel tidak professional mengalami kemandekan produksi, begitupun teater yang beraktivitas di luar kampus juga mengalami kelesuan. Beberapa pengamat teater mengatakan ini karena adanya pergeseran paradigma tentang teater itu sendiri, akibat dari keritikan terhadap teater-teater yang konvensional yang mendewakan drama turgi, sehingga beberapa komunitas teater mengalami kebingungan, apalagi teater kampus yang selalu gagap dengan arus masuk, selain itu yang paling mempengaruhi adalah para tokoh-tokoh teater cenderung memilih filim sebagai ruang baru dalam ekspresi estetikanya.

HANTU DRAMA oleh Mahendra, Language theatre

HANTU DRAMA DALAM PARADE TEATER NUSANTARA UKM SENI NANGGALA UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA Oleh: mahendra TEATER MADURA mungkin masih sebuah konsep. sebuah pencarian tanpa batas terhadap sebuah capaian pengucapan teater yang khas. dengan terus melakukan dialog terus-menerus dengan perubahan yang terjadi di seputar dirinya dan keterbatasan sokongan materi. teater Madura terus di produksi. dengan seluruh problem yang di kandung di dalamnya, teater madura seperti dua jalan di sisi pengetahuan; jalan ke dalam-jalan ke luar identitas.  sebab teater masih seperti pencarian akan keterlepasan manusia dari kungkungan kecemasan-kecemasan sosial-budaya yang melingkupi Madura sebagai sebuah kerja kebudayaan. Dan dalam pemikiran serupa di atas saya pikir ‘parade teater’ penting adanya. Sebagai proses keluar-kedalam, ruang kmunikasi (silaturrahmi budaya), untuk menemukan spirit dan model pengucapan yang baru. Dan Teater Nanggala mencoba itu. Akan tetapi teater Madura –menurut saya, tidak sepenuhnya